Rabu, 23 Januari 2008

Ciri-Ciri Arthropoda


Ciri-Ciri Arthropoda

Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, Arthropoda dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu:

1.
Kelas Crustacea (golongan udang).

2.
Kelas Arachnida (golongan kalajengking dan laba-laba).

3.
Kelas Myriapoda (golongan luwing).

4.
Kelas Insecta (serangga).

Untuk dapat memahami klasifikasi Arthropoda secara menyeluruh, perhatikan bagan berikut ini.


Gambar 1. Hewan-hewan kelompok Arthropoda

Perbedaan dari masing-masing kelas akan dijelaskan berikut ini. Perhatikan tabelnya!

CIRI KELAS
1. Crustacea 2. Arachnida 3. Myriapoda 4. Insecta
Tubuh
a. Mempunyai rangka yang keras
b. Terdiri atas 2 bagian : kepala-dada dan perut
Terdiri atas 2 bagian : kepala-dada dan perut
a.
Chilopoda: kepala dan badan gepeng (dorso ventra)
b.
Diplopoda : kepala dan badan silindris
Terdiri atas kepala, dada dan abdomen (perut)
Kaki 1 pasang pada setiap segmen tubuh 4 pasang pada kepala - dada 1 pasang atau 2 pasang pada setiap ruas 3 pasang pada dada atau tidak ada
Sayap Tidak ada Tidak ada Tidak ada 2 pasang atau tidak ada
Antena 2 pasang Tidak ada
a. Chilopoda : 1 pasang dan panjang
b. Diplopoda : 1 pasang dan pendek
1 pasang
Organ Pernafasan Insang atau seluruh permukaan tubuh Paru-paru buku Trakea Trakea
Tempat hidup Air tawar, air laut Di darat Di darat Di darat

Sekarang silahkan Anda pelajari uraian tiap-tiap kelas dimulai dari Crustacea.


Ciri-ciri Arthropoda | Klasifikasi Arthropoda | Crustacea | Arachnida | Myriapoda | Insecta | Uji Kompetensi | Kegiatan Belajar 2 | Kegiatan Belajar 3 | Home

Viruses and Bacteria

Viruses and Bacteria

virus and bacteriaIt's easy to mix these up since compared to us, both are VERY SMALL.

But bacteria, given the proper nutrients, can grow and reproduce on their own. Viruses cannot "live" or reproduce without getting inside some living cell, whether it's a plant, animal, or bacteria.

And compared to viruses, bacteria are huge (see HowBig).

The Virus that Infect Bacteria

phage injecting DNA into bacteriaattaching phageT4 bacteriophage is a virus that looks like an alien landing pod.

With its six legs, the bacteriophage attaches to the surface of the much larger bacteria Escherichia coli (E. coli).

Once attached, the bacteriophage injects DNA into the bacterium. The DNA instructs the bacterium to produce masses of new viruses.

So many are produced, that the E. coli bursts.

bursting bacteria

Now THAT's a NASTY virus!

sequence showing T4 bacteriophage killing E. coli
Entire video library included on the CELLS alive! CDROM.Video Download Available in the Bacteria Collection

Here's what an actual population of E. coli looks like as it is wiped out by T4 bacteriophage. You can also view this in an 800K time-lapse movie. For more on viruses that infect bacteria, visit the Bacteriophage Ecology Group and see their collection of phage images from around the Web.


Need a longer, larger, silent video of this clip for classroom use? It is available for immediate download as part of the "Bacteria Collection".

sumber : http://www.cellsalive.com/phage.htm

Senin, 07 Januari 2008

Pendidikan Budi Pekerti

Pendidikan Budi Pekerti, Perlukah?

BELAKANGAN ini, ide tentang perlunya pendidikan budi pekerti untuk kembali dimasukkan ke dalam kurikulum Sekolah Dasar kembali hangat dibacakan. Hal ini terkait dengan kasus perkelahian yang terjadi baru-baru ini antara para siswa SMP negeri yang notabene merupakan sekolah-sekolah yang cukup terpandang di Denpasar. Semoga lontaran ide tersebut bukan merupakan lontaran yang hanya bersifat "hangat-hangat tahi ayam" saja.

Sebagai sebuah ide, perlunya pendidikan budi pekerti kini bukan ide yang sangat baru. Sebagaimana diketahui, pendidikan budi pekerti ini dulu pernah menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh pada kurikulum era Orde Lama. Kalau seseorang bertanya pada ayah dan ibunya, tentunya orangtua mereka itu akan sangat mengenal mata pelajaran yang satu ini. Perubahan kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru tentu sangat mempengaruhi kebijakan dalam dunia pendidikan. Pendidikan budi pekerti dihapuskan dan diganti dengan mata pelajaran yang dianggap lebih "berguna" bagi masa depan anak. Kurikulum sekolah lebih mengarah pada bagaimana "mencetak" anak didik menjadi tenaga-tenaga terampil dan "siap pakai" agar nantinya bisa bekerja di perusahaan-perusahaan modal asing.

Beberapa hal penting yang seringkali terabaikan adalah bahwa sebenarnya pendidikan adalah suatu proses yang integratif antara pembinaan kogniti, afektif dan psikomotorik. Pendidikan masa kini, yang masih merupakan warisan kurikulum era Orde Baru, lebih menekankan pada aspek kognitif atau keilmuwan saja. Aspek afektif atau yang dikenal orang sebagai pendidikan moral dan budi pekerti cenderung terabaikan.

Begitu pula dengan aspek psikomotorik, sekolah masih kurang memberikan pengasahan ketrampilan, termasuk di dalamnya kesenian, sesuai dengan bakat dan minat siswa. Padahal, menurut teori psikologi pendidikan, aspek afektif dan psikomotorik merupakan penyeimbang dari aspek kognitif. Jika pendidikan yang menekankan pada aspek kognitif atau keilmuan lebih banyak mengasah kemampuan otak kiri, maka pendidikan yang menekankan pada aspek afektif dan psikomotorik akan mengasah perkembangan otak kanan. Dalam teori psikologi, otak kanan sangat berperan dalam perkembangan emosional dan intuisi atau kepekaan rasa seseorang.

***

Pendidikan seni dapat menjadi salah satu penunjang pendidikan afektif dan psikomotorik. Memang mata pelajaran kesenian ini ada di setiap sekolah, tapi terkesan tidak menjadi prioritas utama dalam kurikulum sekolah. Terbukti dengan tidak dimasukkannya mata pelajaran ini ke dalam salah satu mata pelajaran Ebtanas yang merupakan salah satu faktor penentu kelulusan siswa. Padahal, dengan berkesenian, siswa lebih memiliki keleluasaan untuk mengekspresikan diri dan perasaannya, apapun jenis dan bentuk kesenian yang digeluti. Siswa pun lebih terasa kehalusan perasaannya sehingga lebih cenderung menghindari hal-hal yang bersifat kekerasan.

Sesungguhnya, pendidikan moral dan budi pekerti ini bisa disisipkan dalam pendidikan seni. Salah satu contoh, unsur nilai-nilai moral dapat dimasukkan ke dalam pendidikan seni rupa. Salah satu metode yang bisa diterapkan adalah dengan memberi kesempatan kepada siswa-siswa melakukan perjalanan ke alam bebas dan mengeksplorasi alam serta lingkungannya untuk diamati dan dilukis. Di sini akan timbul kepekaan dan apresiasi terhadap alam dan lingkungan di sekitarnya. Nilai-nilai dan pesan-pesan moral bisa dimasukkan ke dalam aspirasi terhadap lingkungan ini. Tentunya pendidikan seni ini akan lebih efektif bila diberikan sedini mungkin pada anak, misalnya sejak masa prasekolah atau sejak anak masuk Taman Kanak-kanak.

***
Selain itu, tak kalah penting adalah terbangunnya komunikasi yang baik antara pendidikan dan anak didik. Selama ini terbangun kesan bahwa ada semacam tembok pemisah antara murid dan guru, sehingga komunikasi yang baik antara anak didik dan pendidik jarang bisa terbangun dalam lingkungan sekolah. Alangkah lebih baiknya bila komunikasi antara siswa dan guru bisa terjembatani dengan baik. Dalam hal ini guru pun bisa menempatkan diri sebagai teman curhat sang murid, sehingga bila ada masalah di sekolah, sampai ke masalah pribadi pun, murid bisa mengkomunikasikannya dengan guru.

Salah satu konsep yang pernah ditawarkan oleh institusi pendidikan adalah adanya guru BP. Guru BP inilah yang berperan sebagai komunikator dan konselor bagi siswa, terutama bila ada masalah dengan siswa. Tetapi entah mengapa, dalam perkembangannya, guru BP terkadang malah menjadi semacam "momok" bagi siswa, bukan idealnya sebagai "teman curhat". Seakan-akan guru BP ini tercipta untuk menjadi "hakim" bagi murid yang bermasalah. Sehingga, kembali tercipta "jurang pemisah" antara guru dan murid.

Terlepas dari apa dan bagaimana bentuknya yang nanti diberikan dalam proses pendidikan kita, tampaknya memang pendidikan budi pekerti makin penting diberikan kepada anak-anak didik masa ini. Terutama untuk menghadapi gencarnya arus informasi dari luar melalui media massa kita. Jika kita amati sekarang ini, makin banyak unsur-unsur kekerasan yang mewarnai dunia hiburan. Mulai dari film action Barat sampai dengan film kartun anak-anak yang diimpor dari Jepang. Semuanya notabene penuh dengan warna kekerasan fisik dan mental berupa perkelahian, pemukulan dan penembakan. Kekerasan dalam dunia hiburan kita seakan telah menjadi bumbu penyedap yang harus senantiasa ada dalam setiap bentuk tontonan, baik bagi anak maupun orang dewasa. Hal ini secara langsung maupun tidak, akan mempengaruhi mental dan psikologi anak. Anak akan cenderung agresif dan menyukai kekerasan dan perkelahian fisik dan mental.

Pendidikan memang tak bisa dilepaskan dari tanggung jawab sekolah. Tetapi kesuksesan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak sekolah semata. Kerjasama yang baik antara orang tua, pihak sekolah dan masyarakat, termasuk juga di dalamnya media massa kita akan sangat berpengaruh pada pembentukan sikap karakter anak untuk masa depannya.

* henny handayani

Memahami Proses Komunikasi

Memahami Proses Komunikasi

Purnawan Kristanto's picture

Setiap hari kita melakukan komunikasi. Bahkan sebagian besar kegiatan dalam kehidupan kita adalah untuk berkomunikasi. Apapun yang Anda sampaikan--entah itu cerita lucu, kisah sedih, atau paparan teori Fisika yang rumit,--yang paling terutama pesan Anda itu harus bisa dimengerti oleh orang lain. Kalau pesan itu tidak bisa dimengerti maka kegiatan itu tidak bisa disebut sebagai komunikasi. Secara sederhana, komunikasi dapat didefinisikan sebagai sebuah tindakan mengirimkan pesan yang dapat dipahami kepada orang lain.

Di dalam komunikasi lisan, ada dua cara dasar di dalam berkomunikasi, yaitu: komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Di dalam komunikasi verbal, kita menyampaikan pesan menggunakan kata-kata(bahasa). Sedangkan di dalam komunikasi non-verbal, kita mengirimkan pesan menggunakan tanda-tanda, simbol, sikap tubuh (gesture), ekspresi wajah, nada bicara dan tekanan kalimat.

Bagaimana sih cara kerja komunikasi? Faktor apa yang menunjang keberhasilan dalam berkomunikasi? Proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat komponen, yaitu:

1. Komunikator, Sumber Komunikasi atau Pengirim Pesan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi yang mengambil inisiatif mengirimkan pesan.

2. Pesan, berupa lambang atau tanda, seperti kata-kata (dalam bentuk tertulis atau lisan) gesture dll.

3. Media atau Saluran Komunikasi, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat pengiriman pesan (misalnya telepon, radio, surat, suratkabar, email, SMS, TV atau gelombang udara

4. Komunikan atau Penerima Pesan, yakni seseorang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran penerima pesan.

Di samping keempat elemen tersebut, masih ada tiga elemen atau faktor lain yang juga penting dalam proses komunikasi, yakni:

5. Dampak/Akibat/Hasil yang terjadi pada pihak penerima/komunikan.

6. Umpan balik (feedback), yakni reaksi atau tanggapan balik dari pihak penerima/komunikan atas pesan yang diterimanya.

7. Gangguan (noise) yakni faktor-faktor eksternal maupun internal (psikologis) yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi.

Secara sederhana, proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:Pertama-tama, proses komunikasi selalu ditimbulkan oleh inisiatif seseorang yang ingin menyampaikan sebuah pesan kepada orang lain atau sekelompok orang. Orang yang memprakarsai komuniasi ini disebut sebagai Komunikator. Jika Anda berbicara kepada teman Anda, isi perkataan Anda itulah yang disebut dengan pesan (message) Anda. Ketika Anda mengirimkan SMS, Anda juga sedang mengirimkan pesan. Demikian juga, ketika Anda ingin menyampaikan cerita Alkitab pada anak-anak Sekolah Minggu, Anda pun sebenarnya mengambil inisiatif untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.

Supaya bisa menyampaikan pesan, komunikator itu membutuhkan media atau saluran. Ibarat kantor Perusahaan Air Minum (PAM), mereka membutuhkan saluran untuk meneruskan air yang mereka olah supaya sampai kepada pelanggan. Mereka bisa memakai pipa, selang plastik, selokan, atau truk tangki. Demikian juga dalam proses komunikasi, ada berbagai pilihan saluran komunikasi: lewat kabel (telepon, TV kabel, internet), gelombang elektronik (handphone, televisi, radio), cetakan (surat kabar, surat, majalah, buku).

Lalu bagaimana dengan pembawa cerita? Mereka memakai saluran komunikasi apa? Di dalam ranah komunikasi lisan, saluran komunikasi yang digunakan adalah melalui panca indera manusia. Kita dapat menerima pesan itu menggunakan satu atau lebih indera kita. Ketika melihat langit yang mendung, kita menangkap pesan bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Ketika kita mendengar suara bergemuruh di stasiun, kita mendapat pesan bahwa kereta api sebentar lagi akan lewat. Ketika kita merasa pahit ketika mencicipi makanan, kita memperoleh informasi bahwa makanan tersebut tidak enak.

Di dalam komunikasi lisan, indera yang paling sering digunakan untuk menerima pesan adalah penglihatan dan pendengaran kita. Itu sebabnya kalau Anda berkomunikasi dengan orang buta dan tuli, maka Anda akan menemui hambatan. Mengapa demikian? Karena kedua saluran komunikasi mereka yang paling utama telah tertutup. Banyak orang yang menganggap bahwa dalam komunikasi lisan, yang paling penting adalah berkomunikasi menggunakan kata-kata (suara). Pada kenyatannya, komunikan Anda, yaitu anak-anak, tidak hanya mendengar cerita Anda, tapi juga melihat Anda. Mereka mengamat-amati gerak-gerik Anda, ekspresi Anda, dandanan Anda, tekanan suara Anda,dll. Semua yang mereka lihat ini dapat memperkuat pesan yang Anda sampaikan; Tapi bisa juga berakibat sebaliknya, yaitu melemahkan pesan Anda.

Dalam penyampaian pesan melalui media, komunikasi ini ada kemungkinan akan menemui gangguan. Ibarat saluran pipa PAM, jika pipa ini yang mengalami kebocoran, maka akibatnya pelanggan menerima air yang berkualitas buruk. Demikian juga di dalam komunikasi. Karena ada gangguan (noise) dalam saluran komunikasi, maka akibatnya pesan yang diterima oleh komunikan mengalami gangguan.

Ada dua macam gangguan: gangguan eksternal dan gangguan internal dan. Gangguan eksternal adalah berbagai gangguan yang berasal dari luar komunikator dan komunikan. Gangguan ini dapat berupa suara gaduh, suhu udara yang panas, ada hal lain yang lebih menarik perhatian audiens, bau yang tidak sedap, udara yang terlalu dingin dll. Gangguan dari luar biasanya tidak banyak mengganggu media atau saluran komunikasi, sepanjang tingkat gangguan itu masih bisa ditoleransi. Akan tetapi gangguan yang lebih sulit untuk dikendalikan adalah gangguan internal. Gangguan ini berasal dari faktor-faktor psikologis. Misalnya rasa takut, kecewa, cemas, grogi atau gejolak emosi lainnya. Sebagai contoh, anak yang baru saja pindah ke kelompok Sekolah Minggu Anda, biasanya dia akan menemui kesulitan di dalam menerima pesan yang Anda sampaikan. Penyebabnya, karena dia merasa cemas sebagai anak baru. Dia merasa berada di dalam lingkungan yang masih asing. Dia tidak merasa aman, karena belum memiliki kenalam. Akibatnya, dia tidak bisa berkonsentrasi di dalam menyimak cerita Guru Sekolah Minggu.

Pesan yang disampaikan oleh komunikator ini harus melewati berbagai gangguan (noise). Pesan-pesan ini harus bisa lolos dari berbagai gangguan sebelum akhirnya bisa mencapai komunikan. Komunikasi terjadi apabila komunikan bisa mengerti pesan-pesan yang diterimanya.

Aspek berikutnya di dalam proses komunikasi adalah umpan balik. Umpan balik adalah informasi yang diberikan oleh komunikan kepada komunikator, yang menandakan bahwa pesan tersebut telah diterima dan dipahami. Melalui umpan balik ini, komunikator dapat memeriksa dan memastikan apakah penerima pesan atau komunikan sudah menerima pesan, sesuai dengan keinginannya atau tidak. Ada kemungkinan, pesan yang dipahami oleh komunikan itu berbeda dengan yang di yang dikehendaki. Hal ini bisa terjadi karena pesan tersebut mengalami gangguan selama pengiriman. Akibatnya, pesan tersebut tidak dapat diterima dengan utuh. Ilustrasi berikut ini bisa menjelaskan:

Seorang Ibu baru saja melahirkan bayi kembar empat. Dia segera meraih handphone-nya. Dia ingin membagikan kabar gembira ini kepada redaksi suratkabar di kotanya.Namun dia karena berada di dalam gedung rumah sakit, maka sinyal di sana sangat lemah. Sambungan telepon itu buruk dan terputus-putus."Pak, saya mengabarkan bahwa saya telah melahirkan kembar empat," kata Ibu itu.Dari ujung telepon, terdengar suara redaksi suratkabar, "Apakah Ibu bisa mengulanginya lagi?"Dengan kesal Ibu itu menjawab, "Tidak,Pak. Punya anak empat saja sudah cukup banyak."

Di sini, ada kesalahan penerimaan pesan antara Ibu dan Redaksi. Redaksi sebenarnya meminta Ibu itu supaya mengulangi berita pertama karena dia tidak bisa mendengar dengan jelas. Akan tetapi Ibu itu mengira Redaksi tadi menanyakan apakah dia mau melahirkan kembar empat lagi!

Di dalam komunikasi lisan, umpan balik itu bisa berupa kata-kata. Akan tetapi yang lebih sering muncul justru berupa pesan nonverbal. Misalnya, komunikasn tersenyum yang menandakan bahwa dia merasa senang, mengangguk sebagai isyarat setuju, atau gelisah yang menunjukkan bahwa dia merasa bosan. Pada tulisan berikutnya, kita akan membahas tentang berbagai jenis umpan balik, cara mengenalinya dan bagaimana menghindari umpan balik yang negatif.

Analisis Pengertian Komunikasi

Analisis Pengertian Komunikasi Dan 5 (Lima) Unsur Komunikasi Menurut Harold Lasswell

Analisis Definisi Komunikasi Menurut Harold Lasswell

Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell 1960).

Analisis 5 unsur menurut Lasswell (1960):

1. Who? (siapa/sumber).
Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator.

2. Says What? (pesan).
Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima(komunikan),dari sumber(komunikator)atau isi informasi.Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna,symbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/organisasi pesan.

3. In Which Channel? (saluran/media).
Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung(tatap muka),maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik dll).

4. To Whom? (untuk siapa/penerima).
Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber.Disebut tujuan(destination)/pendengar(listener)/khalayak(audience)/komunikan/penafsir/penyandi balik(decoder).

5. With What Effect? (dampak/efek).
Dampak/efek yang terjadi pada komunikan(penerima) setelah menerima pesan dari sumber,seperti perubahan sikap,bertambahnya pengetahuan, dll.

Contoh:
Komunikasi antara guru dengan muridnya.
Guru sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada murid atau komunikan.Setelah itu guru juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung(tatap muka) atau tidak langsung(media).Setelah itu guru harus menyesuaikan topic/diri/tema yang sesuai dengan umur si komunikan,juga harus menentukan tujuan komunikasi/maksud dari pesan agar terjadi dampak/effect pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan.

Kesimpulan:
Komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan(penerima) dari komunikator(sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator.Yang memenuhi 5 unsur who, says what, in which channel, to whom, with what effect.